Terumbu karang adalah sumberdaya perairan yang menjadi rumah bagi banyak tumbuhan dan hewan air. Tersebar hampir di seluruh perairan tropis dan subtropis di dunia dan memegang peranan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem alam. Indonesia yang memiliki luas lautan yang membentang dari ujung Sabang sampai Merauke memiliki 18% dari jumlah terumbu karang di dunia. Dengan luas terumbu karang yang kurang lebih mencapai angka 60.000 km2. Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia mengemban beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996).
Karang (coral) adalah hewan dari ordo scleractinia, yang semua anggotanya mempunyai skeleton (kerangka) batu kapur keras. Cara hidup karang khususnya karang hermatifik (karang pembangun terumbu) yang sangat tergantung pada sinar matahari. Hewan karang hidup dengan membentuk koloni yang terbangun dalam bentuk terumbu. Makanan utama hewan karang adalah senyawa organik yang dihasilkan dan diekskresikan oleh zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Zooxanthellae mampu mensuplai 98% total kebutuhan makanan bagi hewan karang. Sumber makanan lainnya berupa debris organik atau plankton (Veron, 1986).
Pada dasarnya terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermartipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Bengen, 2002). Menurut Sorokin (1993), terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni.
1. Jenis Karang
Karang diklasifikasi ke berbagai jenis sesuai dengan aspek biologi, kimia atau fisik yang dimilikinya. Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas di seluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan fotosistesis. (Bengen, 1986).
Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang dibedakan menjadi enam kategori utama, yaitu : (1) karang bercabang (branching); (2) karang padat (massive); (3) karang mengerak (encrusting); (4) karang meja (tabulate); (5) karang berbentuk daun (foliose); dan (6) karang jamur (mushroom) (Coremap II, 2007). Sedangkan berdasarkan struktur geomorphologi dan proses pembentukannya, terumbu karang terdiri atas 4 (empat) tipe terumbu, yaitu : (1) terumbu karang tepi (fringing reef); (2) terumbu karang penghalang (berrier reef); (3) terumbu karang cincin (attol); dan (4) terumbu karang takat/ gosong (Patch reef) (Suharsono, 1996).
2. Habitat dan syarat hidup
Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang tersebar di perairan dangkal wilayah lautan topis. Penyebarannya hampir secara eksklusif antara 300 LU dan 300 LS, dan terkonsentrasi pada empat bidang besar yaitu Laut Merah dan Samudera Hindia bagian barat, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat (Indo-Pasifik), Samudera Pasifik Selatan, dan Laut Karibia dan Samudera Atlantik bagian barat. Karena ketergantungannya terhadap sinar matahari dan perairan yang hangat di daerah tropis, terumbu karang hanya berkembang baik pada perairan dangkal laut ekuatorial di daerah berlintang rendah. Penyebaran terumbu karang dibatasi oleh permukaan yang isoterm 200C (Veron, 1986). Menurut Bengen (2002), faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu karang adalah sebagai berikut ;
1) Suhu air >180C, tapi bagi perkembangan yang optimal diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar 230 – 350C, dengan suhu maksimal yang masih dapat ditolerir berkisar antara 360 – 400C.
2) Kedalaman perairan < 50 m, dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang.
3) Salinitas air yang konstan berkisar antara 30 – 36 ‰.
4) Perairan yang cerah, bergelombang besar dan bebas dari sedimen
McCook (1999), menambahkan bahwa perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu karang. Curah hujan yang tinggi dan aliran material permukaan dari daratan (mainland run off) dapat membunuh terumbu karang melalui peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas air laut. Efek selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrient overload) berkontribusi terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan pertumbuhan makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.
Fungsi dan manfaat terumbu karang
Keunikan dan keistimewaan terumbu karang membuatnya memiliki nilai yang sangat penting bagi stabilitas ekosistem alam. Selain sebagai rumah bagi banyak hewan dan tumbuhan laut, terumbu karang secara tidak langsung memiliki peran dalam menjaga kualitas air laut dengan mendukung tersalurnya suplai oksigen ke air karena terumbu karang menyediakan habitat bagi banyak tumbuhan laut baik mikro maupun makro. Menurut Salm (1984) dalam Supriharyono (2000), bahwa 16% dari total hasil ekspor ikan Indonesia berasal dari daerah karang. Moberg and Folke (1999) dalam Cesar (2000), menyatakan bahwa fungsi ekosistem terumbu karang yang mengacu kepada habitat, biologis atau proses ekosistem sebagai penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang terkait dengan sumberdaya pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut dan tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari ekosistem terumbu karang meliputi:
1) Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai kehidupan.
2) Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.
3) Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.
4) Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.
5) Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan permainan
Secara umum, manfaat terumbu karang dalam Lamp. Kepmen Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.38/MEN/2004 adalah sebagai berikut :
1) Pelindung pantai dari angin, pasang surut, arus dan badai;
2) Sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati yang diperlukan bagi industri pangan, bioteknologi dan kesehatan;
3) Tempat hidup ikan-ikan, baik ikan hias maupun ikan target, yaitu ikanikan yang tinggal di terumbu karang;
4) Tempat perlindungan bagi organisme laut;
5) Penghasil bahan-bahan organik sehingga memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi dan menjadi tempat mencari makan, tempat tinggal dan penyamaran bagi komunitas ikan;
6) Bahan konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri dan perhiasan, seperti karang batu;
7) Merupakan daerah perikanan tangkap dan wisata karang, yang secara sosial ekonomi memiliki potensi yang tinggi;
8) Perlindungan pantai terhadap erosi gelombang
Karang (coral) adalah hewan dari ordo scleractinia, yang semua anggotanya mempunyai skeleton (kerangka) batu kapur keras. Cara hidup karang khususnya karang hermatifik (karang pembangun terumbu) yang sangat tergantung pada sinar matahari. Hewan karang hidup dengan membentuk koloni yang terbangun dalam bentuk terumbu. Makanan utama hewan karang adalah senyawa organik yang dihasilkan dan diekskresikan oleh zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Zooxanthellae mampu mensuplai 98% total kebutuhan makanan bagi hewan karang. Sumber makanan lainnya berupa debris organik atau plankton (Veron, 1986).
Pada dasarnya terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermartipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Bengen, 2002). Menurut Sorokin (1993), terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni.
1. Jenis Karang
Karang diklasifikasi ke berbagai jenis sesuai dengan aspek biologi, kimia atau fisik yang dimilikinya. Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan didaerah tropis. Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas di seluruh dunia. Perbedaan utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan fotosistesis. (Bengen, 1986).
Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang dibedakan menjadi enam kategori utama, yaitu : (1) karang bercabang (branching); (2) karang padat (massive); (3) karang mengerak (encrusting); (4) karang meja (tabulate); (5) karang berbentuk daun (foliose); dan (6) karang jamur (mushroom) (Coremap II, 2007). Sedangkan berdasarkan struktur geomorphologi dan proses pembentukannya, terumbu karang terdiri atas 4 (empat) tipe terumbu, yaitu : (1) terumbu karang tepi (fringing reef); (2) terumbu karang penghalang (berrier reef); (3) terumbu karang cincin (attol); dan (4) terumbu karang takat/ gosong (Patch reef) (Suharsono, 1996).
2. Habitat dan syarat hidup
Terumbu karang merupakan ekosistem khas yang tersebar di perairan dangkal wilayah lautan topis. Penyebarannya hampir secara eksklusif antara 300 LU dan 300 LS, dan terkonsentrasi pada empat bidang besar yaitu Laut Merah dan Samudera Hindia bagian barat, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat (Indo-Pasifik), Samudera Pasifik Selatan, dan Laut Karibia dan Samudera Atlantik bagian barat. Karena ketergantungannya terhadap sinar matahari dan perairan yang hangat di daerah tropis, terumbu karang hanya berkembang baik pada perairan dangkal laut ekuatorial di daerah berlintang rendah. Penyebaran terumbu karang dibatasi oleh permukaan yang isoterm 200C (Veron, 1986). Menurut Bengen (2002), faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu karang adalah sebagai berikut ;
1) Suhu air >180C, tapi bagi perkembangan yang optimal diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar 230 – 350C, dengan suhu maksimal yang masih dapat ditolerir berkisar antara 360 – 400C.
2) Kedalaman perairan < 50 m, dengan kedalaman bagi perkembangan optimal pada 25 m atau kurang.
3) Salinitas air yang konstan berkisar antara 30 – 36 ‰.
4) Perairan yang cerah, bergelombang besar dan bebas dari sedimen
McCook (1999), menambahkan bahwa perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi terumbu karang. Curah hujan yang tinggi dan aliran material permukaan dari daratan (mainland run off) dapat membunuh terumbu karang melalui peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas air laut. Efek selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrient overload) berkontribusi terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan pertumbuhan makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.
Fungsi dan manfaat terumbu karang
Keunikan dan keistimewaan terumbu karang membuatnya memiliki nilai yang sangat penting bagi stabilitas ekosistem alam. Selain sebagai rumah bagi banyak hewan dan tumbuhan laut, terumbu karang secara tidak langsung memiliki peran dalam menjaga kualitas air laut dengan mendukung tersalurnya suplai oksigen ke air karena terumbu karang menyediakan habitat bagi banyak tumbuhan laut baik mikro maupun makro. Menurut Salm (1984) dalam Supriharyono (2000), bahwa 16% dari total hasil ekspor ikan Indonesia berasal dari daerah karang. Moberg and Folke (1999) dalam Cesar (2000), menyatakan bahwa fungsi ekosistem terumbu karang yang mengacu kepada habitat, biologis atau proses ekosistem sebagai penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang terkait dengan sumberdaya pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut dan tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari ekosistem terumbu karang meliputi:
1) Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai kehidupan.
2) Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.
3) Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.
4) Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.
5) Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan permainan
Secara umum, manfaat terumbu karang dalam Lamp. Kepmen Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.38/MEN/2004 adalah sebagai berikut :
1) Pelindung pantai dari angin, pasang surut, arus dan badai;
2) Sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati yang diperlukan bagi industri pangan, bioteknologi dan kesehatan;
3) Tempat hidup ikan-ikan, baik ikan hias maupun ikan target, yaitu ikanikan yang tinggal di terumbu karang;
4) Tempat perlindungan bagi organisme laut;
5) Penghasil bahan-bahan organik sehingga memiliki produktivitas organik yang sangat tinggi dan menjadi tempat mencari makan, tempat tinggal dan penyamaran bagi komunitas ikan;
6) Bahan konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri dan perhiasan, seperti karang batu;
7) Merupakan daerah perikanan tangkap dan wisata karang, yang secara sosial ekonomi memiliki potensi yang tinggi;
8) Perlindungan pantai terhadap erosi gelombang