Sosial Ekonomi
Luas kawasan mangrove di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 2.900.000 hektar. Dengan luas ini Indonesia merupakan negara dengan luas kawasan mangrove terbesar di Asia dan sekitar 19% total kawasan mangrove di dunia berada di Indonesia (FAO, 2007). Besarnya luas sumber daya tersebut tentunya memiliki pengaruh yang besar bagi ekologi dan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat sekitar karena sumberdaya mangrove memiliki fungsi biologi, ekologi dan ekonomi. Harahap (2010) mengungkapkan manfaat hutan mangrove di bidang biologi yaitu sebagai kontrol biologi, tempat hidup biota, dan obat-obatan. Melalui siklus nutrisi, mangrove mampu menangkap dan menggunakan kembali nutrisi yang mungkin mencemari lingkungan, mangrove menyimpan karbon dioksida dan pertumbuhannya menghasilkan oksigen. Manfaat mangrove di bidang ekologi yaitu sebagai penyangga terhadap dampak badai dan tsunami, memiliki kapasitas penyerap limbah serta menahan erosi dan sedimentasi. Manfaat mangrove di bidang ekonomi yaitu sebagai tempat rekreasi dan pendidikan. Keseluruhan manfaat mangrove tersebut dapat dikuantifikasi ke nilai ekonomi melalui metode valuasi ekonomi sumber daya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor yang dilansir dalam Majalah Gatra (2002), menjelaskan nilai ekonomi sumber daya mangrove di beberapa wilayah di Indonesia meliputi: Pulau Madura sebesar Rp49 triliyun, Papua sebesar Rp329 triliyun, Kalimantan Barat sebesar Rp178 triliyun, dan Jawa Barat sebesar Rp1.357 triliyun.
Penilaian Ekonomi
Tidak berbeda dengan pendekatan nilai ekonomi sumber daya alam lainnya, penilaian ekonomi mangrove didekatkan pada fungsi dan manfaatnya bagi kegiatan ekonomi masyarakat. Berikut adalah contoh analisis ekonomi untuk menilai manfaat mangrove secara ekonomi yang merujuk Dixon et al. (1998) dan Pomeroy (1992) yang dimofikasi dalam Harahap (2010). Hasil perhitungan nilai ekonomi ini berdasarkan pada keuntungan bersih yang didapatkan oleh masyarakat dengan berbagai bentuk pemanfaatannya.
1. Manfaat Langsung
a. Nilai komoditas perikanan
Sumber daya perikanan seperti ikan dan kepiting dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkap nelayan yang melakukan penangkapan di kawasan mangrove dan kemudian dikalikan dengan harga jual di pasar.
Nilai komoditas perikanan = (T x H) – B
Keterangan:
T = jumlah tangkapan (kg/tahun)
H = harga jual (Rp/kg)
B = biaya operasional (Rp/tahun)
b. Kegiatan pariwisata
Biaya perjalanan wisatawan dan komponen biaya lain yang harus dikorbankan wisatawan untuk mengunjungi mangrove adalah nilai yang digunakan sebagai nilai ekonomi kawasan mangrove dari kegiatan pariwisata.
Kegiatan pariwisata = (T + B) x F
Keterangan:
T = biaya perjalanan (Rp/tahun)
B = biaya komponen lain yang harus dikorbankan (Rp/tahun)
F = frekuensi kunjungan (tahun)
2. Manfaat Tidak Langsung
a. Penahan gelombang/abrasi
Nilai sumber daya mangrove sebagai penahan gelombang atau pencegah abrasi didapatkan dengan menghitung nilai yang akan hilang bila abrasi terjadi di dekat kawasan akibat ketiadaan kawasan mangrove. Nilai kehilangan tersebut berdasarkan akumulasi nilai uang pada bangunan, persawahan dan perkebunan yang berada dari jarak 200 m dari kawasan terluar mangrove.
Nilai penahan gelombang/abrasi = (B x H) + (L x K)
Keterangan:
B = jumlah bangunan (buah)
H = harga pembuatan bangunan (Rp/buah)
L = luas lahan pertanian (ha)
K = keuntungan hasil pertanian (Rp/tahun)
b. Nilai hasil pertanian
Kawasan mangrove merupakan wilayah sabuk hijau (green belt) yang melindungi tanaman pertanian dari angin kencang yang membawa butiran garam halus. Fungsi mangrove sebagai sabuk hijau tersebut kemudian dihitung dengan cara menilai keuntungan yang didapat petani pada hasil panen, dimana sebelum adanya mangrove para petani tidak dapat menanam tanaman karena butiran garam menempel pada dedaunan dan menyebabkan tanaman pertanian mati.
Nilai hasil pertanian = (P x H) – B
Keterangan:
P = jumlah produksi (kg/tahun)
H = harga jual (Rp/kg)
B = biaya operasional (Rp/tahun)
c. Nilai penyedia pakan ternak
Nilai penyedia pakan ternak dihitung dengan mengetahui biaya yang harus dikeluarkan peternak untuk membeli pakan. Keberadaan mangrove membuat peternak tidak harus mengeluarkan biaya pakan tersebut sehingga biaya pakan dianggap sebagai nilai manfaat ekonomi mangrove sebagai penyedia pakan ternak alami.
Nilai penyedia pakan ternak = P x F x H
Keterangan:
P = jumlah pakan (kg/tahun)
F = frekuensi makan (tahun)
H = harga pakan (Rp/kg)
3. Manfaat Pilihan
Perhitungan manfaat pilihan dengan Contingent Valuation Method dan merujuk pada penelitian Ruintenbeek (1992), yang telah menilai keberagaman hayati di kawasan mangrove Indonesia yaitu sebesar US$ 1.500/km2/tahun. Nilai ini yang kemudian dikalikan dengan luas kawasan mangrove dengan asumsi sumber daya mangrove berfungsi penting secara ekologi dan tetap terpelihara.
4. Manfaat Keberadaan
Manfaat keberadaan dihitung dengan menggunakan pendekatan terhadap biaya yang telah dikeluarkan pihak pengelola untuk melakukan usaha pengembangan maupun usaha lain di bidang ekonomi di kawasan mangrove saat penelitian berlangsung. Biaya yang dikeluarkan dianggap sebagai nilai keberadaan kawasan mangrove dengan perhitungan melalui metode WTP (willingness to pay) terhadap responden yang memiliki keterikatan kuat dalam keberadaan dan pengembangan kawasan mangrove.
5. Total Nilai Ekonomi
Total manfaat ekonomi kawasan mangrove didapat dengan rumus:
Total nilai ekonomi = manfaat langsung + manfaat tidak langsung + manfaat pilihan + manfaat keberadaan
Tidak berbeda dengan pendekatan nilai ekonomi sumber daya alam lainnya, penilaian ekonomi mangrove didekatkan pada fungsi dan manfaatnya bagi kegiatan ekonomi masyarakat. Berikut adalah contoh analisis ekonomi untuk menilai manfaat mangrove secara ekonomi yang merujuk Dixon et al. (1998) dan Pomeroy (1992) yang dimofikasi dalam Harahap (2010). Hasil perhitungan nilai ekonomi ini berdasarkan pada keuntungan bersih yang didapatkan oleh masyarakat dengan berbagai bentuk pemanfaatannya.
1. Manfaat Langsung
a. Nilai komoditas perikanan
Sumber daya perikanan seperti ikan dan kepiting dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkap nelayan yang melakukan penangkapan di kawasan mangrove dan kemudian dikalikan dengan harga jual di pasar.
Nilai komoditas perikanan = (T x H) – B
Keterangan:
T = jumlah tangkapan (kg/tahun)
H = harga jual (Rp/kg)
B = biaya operasional (Rp/tahun)
b. Kegiatan pariwisata
Biaya perjalanan wisatawan dan komponen biaya lain yang harus dikorbankan wisatawan untuk mengunjungi mangrove adalah nilai yang digunakan sebagai nilai ekonomi kawasan mangrove dari kegiatan pariwisata.
Kegiatan pariwisata = (T + B) x F
Keterangan:
T = biaya perjalanan (Rp/tahun)
B = biaya komponen lain yang harus dikorbankan (Rp/tahun)
F = frekuensi kunjungan (tahun)
2. Manfaat Tidak Langsung
a. Penahan gelombang/abrasi
Nilai sumber daya mangrove sebagai penahan gelombang atau pencegah abrasi didapatkan dengan menghitung nilai yang akan hilang bila abrasi terjadi di dekat kawasan akibat ketiadaan kawasan mangrove. Nilai kehilangan tersebut berdasarkan akumulasi nilai uang pada bangunan, persawahan dan perkebunan yang berada dari jarak 200 m dari kawasan terluar mangrove.
Nilai penahan gelombang/abrasi = (B x H) + (L x K)
Keterangan:
B = jumlah bangunan (buah)
H = harga pembuatan bangunan (Rp/buah)
L = luas lahan pertanian (ha)
K = keuntungan hasil pertanian (Rp/tahun)
b. Nilai hasil pertanian
Kawasan mangrove merupakan wilayah sabuk hijau (green belt) yang melindungi tanaman pertanian dari angin kencang yang membawa butiran garam halus. Fungsi mangrove sebagai sabuk hijau tersebut kemudian dihitung dengan cara menilai keuntungan yang didapat petani pada hasil panen, dimana sebelum adanya mangrove para petani tidak dapat menanam tanaman karena butiran garam menempel pada dedaunan dan menyebabkan tanaman pertanian mati.
Nilai hasil pertanian = (P x H) – B
Keterangan:
P = jumlah produksi (kg/tahun)
H = harga jual (Rp/kg)
B = biaya operasional (Rp/tahun)
c. Nilai penyedia pakan ternak
Nilai penyedia pakan ternak dihitung dengan mengetahui biaya yang harus dikeluarkan peternak untuk membeli pakan. Keberadaan mangrove membuat peternak tidak harus mengeluarkan biaya pakan tersebut sehingga biaya pakan dianggap sebagai nilai manfaat ekonomi mangrove sebagai penyedia pakan ternak alami.
Nilai penyedia pakan ternak = P x F x H
Keterangan:
P = jumlah pakan (kg/tahun)
F = frekuensi makan (tahun)
H = harga pakan (Rp/kg)
3. Manfaat Pilihan
Perhitungan manfaat pilihan dengan Contingent Valuation Method dan merujuk pada penelitian Ruintenbeek (1992), yang telah menilai keberagaman hayati di kawasan mangrove Indonesia yaitu sebesar US$ 1.500/km2/tahun. Nilai ini yang kemudian dikalikan dengan luas kawasan mangrove dengan asumsi sumber daya mangrove berfungsi penting secara ekologi dan tetap terpelihara.
4. Manfaat Keberadaan
Manfaat keberadaan dihitung dengan menggunakan pendekatan terhadap biaya yang telah dikeluarkan pihak pengelola untuk melakukan usaha pengembangan maupun usaha lain di bidang ekonomi di kawasan mangrove saat penelitian berlangsung. Biaya yang dikeluarkan dianggap sebagai nilai keberadaan kawasan mangrove dengan perhitungan melalui metode WTP (willingness to pay) terhadap responden yang memiliki keterikatan kuat dalam keberadaan dan pengembangan kawasan mangrove.
5. Total Nilai Ekonomi
Total manfaat ekonomi kawasan mangrove didapat dengan rumus:
Total nilai ekonomi = manfaat langsung + manfaat tidak langsung + manfaat pilihan + manfaat keberadaan