Rumput laut adalah tumbuhan yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati (tumbuhan tingkat rendah). Kesatuan antara bentuk tubuh yang menyerupai akar, daun dan batangnya dinamakan thallus. Secara umum thallus tersusun atas beberapa bagian, yang terbawah dinamakan holdfast. Bagian ini menyerupai akar sebagai tempat melekat pada substrat. Bagian yang berbentuk menyerupai batang dinamakan stipe, sedangkan bagian yang menyerupai daun dinamakan blade. Secara umum, rumput laut dapat digolongkan menjadi beberapa kelas. Pigmen yang terkandung dalam thallus yang menentukan apakah rumput laut atau alga tersebut termasuk pada golongan Chlorophyceae (alga hijau) yang mengandung klorofil, Phaeophyceae (alga coklat) yang mengandung pigmen fikoeritrin dan fikosianin, atau Rhodophyceae (alga merah) yang mengandung fukosantin. Namun menurut beberapa ahli, penggolongan kelas rumput laut juga didasarkan pada tempat penyimpanan cadangan makanan, motility, kandungan dinding sel dan struktur batang serta tipe tumbuh.
1. Chlorophyceae (alga hijau)
Sel-selnya mempunyai kloropas yang berwarna hijau, mengandung klorofil a dan b serta karotenoid. Kloroplas terdiri atas pirenoid tepung dan minyak. Perkembangbiakan aseksual dengan zoospora, yang bentuknya seperti buah per dengan 3-4 bulu cambuk, 2 vakuola kontraktil, dan suatu bintik merah. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami. Gamet jantan menyerupai zoospora, selalu bergerak bebas. Gamet betina sering tidak bergerak, jadi merupakan oogonium (Tjitrosoepomo, 1994).
Berbeda dengan alga hijau-biru yang dinding selnya terbuat dari kitin, alga hijau menghasilkan dinding sel yang sebagian besar dari karbohidrat berselulosa. Beberapa alga hijau dari laut, seperti Halimeda sp., menghasilkan kerak kapur (CaCO3). Bentuk alga hijau sangat beragam, tetapi bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dan bentuk lembaran (Romimohtarto, 2001).
Chlorophyceae dalam beberapa bangsa: Cholorococcales, Ulotricales, Cladhoporales, Chaetoporales, Oedogoniales, dan Shiponales. Bangsa Shiponales mempunyai anggota yang berguna dalam obat-obatan (Tjitrosoeopomo, 1994). Alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas (daerah yang mendapat penyinaran matahari). Alga dari kelas ini terdapat melimpah di perairan hangat. Kebanyakan hidup di dalam air tawar, sebagai plankton dan benthos. (Romimohtarto, 2001).
Sel-sel alga hijau sudah bersifat eukarion atau memiliki dinding nucleus. Tubuhnya ada yang bersel satu (Chlorelola sp.), berkoloni (Volvox sp.), dan bersel banyak dan ada pula yang mirip rumput (Chara sp.). Chlorophyceae ada yang hidup dengan membentuk simbiosis dengan tumbuhan yang lain (Lichenes). Chlorophyceae juga ada yang dapat hidup di tempat lembab (Yudianto, 1992).
2. Phaeopeceae
(phaeo = pirang, coklat; phykos = alga) merupakan golongan lga yang mempunyai pigmen dominan coklat (Yudianto 1992). Kromatoforanya mengandung klorofil a, karoten, dan santhofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggang ini kelihatan berwarna perang (Tjiptrosoepamo 1989). Ganggang perang biasanya besar, bersel banyak, dan panjangnya mencapai berpuluh meter. Hampir seluruh jenis ganggang ini hidup di laut, terutama di daerah yang sejuk, tumbuhnya secara luas di pantai (Nontji 1993).
Phaeophyceae termasuk bentos, melekat pada batu-batuan, kayu, sering juga sebagai epifit pada thallus lain ganggang, bahkan ada yang hidup sebagai endofit (Tjiptrosoepomo 1989). Alga kelas ini memiliki thallus yang relatif massif, terdiferensiasi dalam organ seperti cakram atau akar. Batangnya ada yang bercabang dan ada yang tidak, biasanya panjang atau lentur. Kemampuan mengapungnya disebabkan adanya air bladder. Tipe ganggang perang yang hidup di antara tanda-tanda pasang naik dan pasang surut , biasanya seperti cambuk dan cukup kaku (Polunin 1990).
Ciri-ciri Pheophyeceae menurut Aslan (1998) yaitu:
1. Reproduksinya memiliki stadia gamet atau zoopsora berbulu cambuk seksual dan aseksual.
2. Mempunyai pigmen betakaroten, violaxantin, dan fukoxantin.
3. Persediaan makanan berupa zat hidrat arang laminarin (beta, 1-3 ikatan glikan).
4. Pada bagian dalam dinding selnya terdapat sel alginin dan alginate.
5. Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis).
6. Ukuran dan bentuk thalli beragam, dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang berukuran sederhana dan ada yang tidak bercabang.
7. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik.
Berdasarkan atas pergantian keturunannya, digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu isogenerate (pergantian keturunan yang isomorfik), heterogenerate (pergantian yang heteromorfik), dan cyclospora (tidak ada pergantian keturunan). Reproduksi seksualnya dengan cara pembentukan gamet, sedangkan reproduksi aseksualnya secara zoospore dengan cara pembentukan variasi tipe pergantian keturunan (Pandey 1995).
3. Rhodophyceae (alga merah)
Alga merah dapat dibedakan dari alga lain karena perbedaan reproduksi seksualnya. Gamet jantannya berukuran kecil dan non-motil (tidak berflagel) disebut spermatia. Spermatia ini secara pasif ditransportasiakan ke organ seks betina, yaitu karpogonium melalui arus air. Alga ini jarang bereproduksi secara vegetatif dengan cara fragmentasi dari thallusnya (Anonim 2004).
Plastida dari alga merah mengandung beberapa pigmen, antara lain: klorofil a, sedikit klorofil d, β-karoten, sedikit α-karoten, lutein, dan r-fikoeritrin. Alga ini berwarana merah karena r-fikoeritrin biasanya terdapat secara melimpah sehingga menutup pigmen lain dan dinding selnya dicirikan dengan adanya pigmen ester polisulfat. Semua alga merah tercakup dalam satu kelas yaitu Rhodophyceae, yang terdiri dari kurang lebih 400 genera dan 2500 spesies (Smith 1955).
Rhodophyceae hanya mempunyai dua kelas yaitu Bangiodeae (Protofloridae) dan Florideae. Anggota dari Bangiodeae hanya mempunyai satu bangsa yaitu Bangiales. Kelas Florideae mempunyai enam bangsa yaitu Nemalionales, Gelidiales, Crypthonemiales, Gigartinales, Rhodonemiales, dan Ceraminales. Anggota Florideae umumnya hidup di laut dan seluruhnya mempunyai thallus berbentuk benang atau filamentous (Pandey dan Trivedi 1995).
Menurut Aslan (1998) ciri-ciri alga merah sebagai berikut:
1. Chlorophyceae (alga hijau)
Sel-selnya mempunyai kloropas yang berwarna hijau, mengandung klorofil a dan b serta karotenoid. Kloroplas terdiri atas pirenoid tepung dan minyak. Perkembangbiakan aseksual dengan zoospora, yang bentuknya seperti buah per dengan 3-4 bulu cambuk, 2 vakuola kontraktil, dan suatu bintik merah. Perkembangbiakan seksual dengan anisogami. Gamet jantan menyerupai zoospora, selalu bergerak bebas. Gamet betina sering tidak bergerak, jadi merupakan oogonium (Tjitrosoepomo, 1994).
Berbeda dengan alga hijau-biru yang dinding selnya terbuat dari kitin, alga hijau menghasilkan dinding sel yang sebagian besar dari karbohidrat berselulosa. Beberapa alga hijau dari laut, seperti Halimeda sp., menghasilkan kerak kapur (CaCO3). Bentuk alga hijau sangat beragam, tetapi bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dan bentuk lembaran (Romimohtarto, 2001).
Chlorophyceae dalam beberapa bangsa: Cholorococcales, Ulotricales, Cladhoporales, Chaetoporales, Oedogoniales, dan Shiponales. Bangsa Shiponales mempunyai anggota yang berguna dalam obat-obatan (Tjitrosoeopomo, 1994). Alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas (daerah yang mendapat penyinaran matahari). Alga dari kelas ini terdapat melimpah di perairan hangat. Kebanyakan hidup di dalam air tawar, sebagai plankton dan benthos. (Romimohtarto, 2001).
Sel-sel alga hijau sudah bersifat eukarion atau memiliki dinding nucleus. Tubuhnya ada yang bersel satu (Chlorelola sp.), berkoloni (Volvox sp.), dan bersel banyak dan ada pula yang mirip rumput (Chara sp.). Chlorophyceae ada yang hidup dengan membentuk simbiosis dengan tumbuhan yang lain (Lichenes). Chlorophyceae juga ada yang dapat hidup di tempat lembab (Yudianto, 1992).
2. Phaeopeceae
(phaeo = pirang, coklat; phykos = alga) merupakan golongan lga yang mempunyai pigmen dominan coklat (Yudianto 1992). Kromatoforanya mengandung klorofil a, karoten, dan santhofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan menyebabkan ganggang ini kelihatan berwarna perang (Tjiptrosoepamo 1989). Ganggang perang biasanya besar, bersel banyak, dan panjangnya mencapai berpuluh meter. Hampir seluruh jenis ganggang ini hidup di laut, terutama di daerah yang sejuk, tumbuhnya secara luas di pantai (Nontji 1993).
Phaeophyceae termasuk bentos, melekat pada batu-batuan, kayu, sering juga sebagai epifit pada thallus lain ganggang, bahkan ada yang hidup sebagai endofit (Tjiptrosoepomo 1989). Alga kelas ini memiliki thallus yang relatif massif, terdiferensiasi dalam organ seperti cakram atau akar. Batangnya ada yang bercabang dan ada yang tidak, biasanya panjang atau lentur. Kemampuan mengapungnya disebabkan adanya air bladder. Tipe ganggang perang yang hidup di antara tanda-tanda pasang naik dan pasang surut , biasanya seperti cambuk dan cukup kaku (Polunin 1990).
Ciri-ciri Pheophyeceae menurut Aslan (1998) yaitu:
1. Reproduksinya memiliki stadia gamet atau zoopsora berbulu cambuk seksual dan aseksual.
2. Mempunyai pigmen betakaroten, violaxantin, dan fukoxantin.
3. Persediaan makanan berupa zat hidrat arang laminarin (beta, 1-3 ikatan glikan).
4. Pada bagian dalam dinding selnya terdapat sel alginin dan alginate.
5. Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis).
6. Ukuran dan bentuk thalli beragam, dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabangnya ada yang berukuran sederhana dan ada yang tidak bercabang.
7. Umumnya tumbuh sebagai alga bentik.
Berdasarkan atas pergantian keturunannya, digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu isogenerate (pergantian keturunan yang isomorfik), heterogenerate (pergantian yang heteromorfik), dan cyclospora (tidak ada pergantian keturunan). Reproduksi seksualnya dengan cara pembentukan gamet, sedangkan reproduksi aseksualnya secara zoospore dengan cara pembentukan variasi tipe pergantian keturunan (Pandey 1995).
3. Rhodophyceae (alga merah)
Alga merah dapat dibedakan dari alga lain karena perbedaan reproduksi seksualnya. Gamet jantannya berukuran kecil dan non-motil (tidak berflagel) disebut spermatia. Spermatia ini secara pasif ditransportasiakan ke organ seks betina, yaitu karpogonium melalui arus air. Alga ini jarang bereproduksi secara vegetatif dengan cara fragmentasi dari thallusnya (Anonim 2004).
Plastida dari alga merah mengandung beberapa pigmen, antara lain: klorofil a, sedikit klorofil d, β-karoten, sedikit α-karoten, lutein, dan r-fikoeritrin. Alga ini berwarana merah karena r-fikoeritrin biasanya terdapat secara melimpah sehingga menutup pigmen lain dan dinding selnya dicirikan dengan adanya pigmen ester polisulfat. Semua alga merah tercakup dalam satu kelas yaitu Rhodophyceae, yang terdiri dari kurang lebih 400 genera dan 2500 spesies (Smith 1955).
Rhodophyceae hanya mempunyai dua kelas yaitu Bangiodeae (Protofloridae) dan Florideae. Anggota dari Bangiodeae hanya mempunyai satu bangsa yaitu Bangiales. Kelas Florideae mempunyai enam bangsa yaitu Nemalionales, Gelidiales, Crypthonemiales, Gigartinales, Rhodonemiales, dan Ceraminales. Anggota Florideae umumnya hidup di laut dan seluruhnya mempunyai thallus berbentuk benang atau filamentous (Pandey dan Trivedi 1995).
Menurut Aslan (1998) ciri-ciri alga merah sebagai berikut:
- reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet bulu cambuk.
- Reproduksi seksualnya dengan karpogonia dan spermatia.
- Pertumbuhan bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multi seksual dengan banyak sel di ujung thallus.
- Alat perekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal dan sel banyak.
- Mempunyai pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarn merah) dan fikosianin (berwarna biru).
- Bersifat adaptasi kromatik, yaitu mempunyai penyesuaian antara proposi pigmen dengan kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thallinya
- Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (Floridian Starch).
- Dinding selnya terdapat selulosa, agar, caregeenan , porpiran, dan fulselaran.