Sosial Ekonomi
Terumbu karang adalah sumberdaya yang memiliki fungsi beragam baik secara ekologis maupun ekonomi. Keberadaan terumbu karang dalam suatu wilayah mampu meningkatkan fungsi ekologis dan ekonomi wilayah tersebut karena interaksi yang tercipta antara organisme laut dan populasi karang serta penggunaan sumberdaya tersebut oleh manusia. Statistik ekspor hasil perikanan Kementrian Perikanan dan Kelautan RI tahun 2011 mencatat volume ekspor karang mencapai 11.548.213 kg dengan nilai ekonomi US $ 8.563.727, bahkan lebih besar dari ekspor ikan hias air laut yang hanya sekitar US $ 4 juta (KKP, 2012). Nilai ekonomi yang tinggi tersebut menjadikan terumbu karang sebagai komoditi yang menjanjikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan kehidupan sosial. Nilai ekonomi terumbu karang telah banyak diteliti oleh banyak ilmuan, diantaranya Caesar (1996) dalam Sjafrie (2010), menyatakan bahwa terumbu karang yang termasuk dalam kategori sangat baik dapat menyumbangkan 18 ton ikan per km2 per tahun. Apabila dikalkulasikan secara ekonomi, nilai terumbu karang yang ada di perairan Indonesia adalah sebesar US$4,2 milyar dari aspek perikanan, wisata dan perlindungan laut. Nilai ini belum termasuk nilai manfaat terumbu karang sebagai pelindung pantai, bahan bangunan, sumber pangan serta obat-obatan. Sedangkan Sawyer (1992) dalam Suharsono (2007), telah menghitung nilai ekonomi terumbu karang dari hasil perikanan di Takabonerate, Sulawesi Selatan dan memperoleh nilai ekonomi sebesar US$777/km². Nilai ekonomi terumbu karang dari hasil perikanan di Great Barrier Reef adalah sebesar US$143 juta/tahun, sedangkan nilai ekonomi dari hasil pariwisata berkisar antara US$106-144 juta/tahun berdasarkan perhitungan Driml (1999) dan Muller (2000) dalam Sjafrie (2010).
Penilaian Ekonomi
Penilaian ekonomi terumbu karang tak ubah halnya dengan prinsip penilaian sumber daya alam lain. Hal ini didekatkan pada nilai pasar (market value) maupun non pasar yang dimiliki sumber daya atas fungsi dan manfaat yang mengalir pada kegiatan ekonomi masyarakat. Manfaat langsung terumbu karang dapat berupa peningkatan sumber daya ikan bagi nelayan (karena ditemukan korelasi positif terhadap beberapa jenis ikan dan kualitas terumbu karang suatu perairan), perdagangan terumbu karang hasil transpantasi, dan penggunaan terumbu karang rusak untuk keperluan bahan bangunan. Sedangkan manfaat tidak langsungnya dapat berupa tempat pariwisata (snorkling dan diving). Metode perhitungan pariwisata ini didekatkan dengan analisis WTP (willingness to pay) atau nilai yang telah dikorbankan wisatawan dalam menikmati objek wisata terumbu karang. Sedangkan metode yang digunakan untuk penilaian hasil produksi ikan menggunakan metode pendekatan EoP (Effect on Production) yaitu dengan mengalikan hasil produksi dan harga maka nilai manfaat langsung (benefit) dari terumbu karang dapat diestimasi.
Penilaian Ekonomi
Penilaian ekonomi terumbu karang tak ubah halnya dengan prinsip penilaian sumber daya alam lain. Hal ini didekatkan pada nilai pasar (market value) maupun non pasar yang dimiliki sumber daya atas fungsi dan manfaat yang mengalir pada kegiatan ekonomi masyarakat. Manfaat langsung terumbu karang dapat berupa peningkatan sumber daya ikan bagi nelayan (karena ditemukan korelasi positif terhadap beberapa jenis ikan dan kualitas terumbu karang suatu perairan), perdagangan terumbu karang hasil transpantasi, dan penggunaan terumbu karang rusak untuk keperluan bahan bangunan. Sedangkan manfaat tidak langsungnya dapat berupa tempat pariwisata (snorkling dan diving). Metode perhitungan pariwisata ini didekatkan dengan analisis WTP (willingness to pay) atau nilai yang telah dikorbankan wisatawan dalam menikmati objek wisata terumbu karang. Sedangkan metode yang digunakan untuk penilaian hasil produksi ikan menggunakan metode pendekatan EoP (Effect on Production) yaitu dengan mengalikan hasil produksi dan harga maka nilai manfaat langsung (benefit) dari terumbu karang dapat diestimasi.